Rabu, 23 September 2009
rindu ini,,,,,
Lama tak kujamah tubuhmu diary,
Maaf aku melalang buana ke sudut negeri yang papas.
Mencari rindu yang terselit di rinai kebencian
Menyapa rasa yang terpecah ribuan keping …
Tentang sayang,
Tentang rindu,
Tentang segudang rasa ..
Aku kembali, Dari sudut negeri yang tersingkirkan
Saat ku temui sukmamu,
Berikan aku ciuman pertama mu
Agar ku yakin kau memang memilihku
.....would u ?
sudut ruang rindu ku 230909
Minggu, 13 September 2009
sepi....
seperti sendiri dalam keramaian..
seperti hidup tanpa jiwa..
--
aku melangkah sendiri..
melangkah kearah yg tak tentu..
sendiri merasakan sakit..
sendiri merasakan perih..
--
mereka tampak..
tapi tak dapat ku gapai..
--
mereka ada..
tapi tak nyata..
--
dalam kesunyian..
hanya jiwa kosongku yg ada menemani langkah ini..
menghilang ..............
sebuah eseni dari nol menuju nol kehidupan,akhir sebuah zaman
tak kucari lagi dimana " rasa "
semua kandas dalam satu bingkai ..
..." kau menghilang tanpa pesan "
mati sajalah asa ...
Sabtu, 12 September 2009
Terjang,... terjanglah kerisauan
Kaki mengayuh kegalauan
Berjalan dalam labirin yang tak berketemuan
Namun perjalanan mesti diteruskan
Hingga dahaga mencabik-cabik kerongkong
Biarkanlah ia mengerang dan terus menelusur nya
Sampai terus ,..
Kaki patah, tangan terluka.,,,
Mengapa lorong ini tampak tak berujung
Perjalanan yang tak sampai
Ataukah jalan itu sendiri adalah takdir
Bagi anak adam tuk menelusurnya
Bagi hidupnya
Yang tak diketahuinya
Bahkan dari mulanya hingga akhirnya
Apakah anak adam memasuki lorong yang sama?
Ataukah mereka menelusur labirin nya sendiri?
Pertanyaan yang terus bergelayut sembari ditelusurinya jalannya
Hingga dedaunan hijau menguning kemudian layu dan mati
Tumbuh kembali dan bersemi bunga-bunga baru
Tetap saja pertanyaan itu bergelayut yang terlalu tinggi terengkuhkan
Jumat, 11 September 2009
mereka keindahan, juga kehancuran
Kamis, 10 September 2009
sebuah perenungan........( ws rendra )
Sering kali aku berkata,
ketika orang memuji milikku,
bahwa sesungguhnya ini hanya titipan,
bahwa mobilku hanya titipan Nya,
bahwa rumahku hanya titipan Nya,
bahwa hartaku hanya titipan Nya,
bahwa putraku hanya titipan Nya,
tetapi,
mengapa aku tak pernah bertanya,
mengapa Dia menitipkan padaku?
Untuk apa Dia menitipkan ini pada ku?
Dan kalau bukan milikku,
apa yang harus kulakukan untuk milik Nya ini?
Adakah aku memiliki hak atas sesuatu yang
bukan milikku?
Mengapa hatiku justru terasa berat,
ketika titipan itu diminta kembali oleh-Nya?
Ketika semua itu diminta kembali,
kusebut itu sebagai musibah,
kusebut itu sebagai ujian,
kusebut itu sebagai petaka,
kusebut dengan panggilan apa saja
untuk melukiskan bahwa itu adalah derita.
Ketika aku berdoa,
kuminta titipan yang cocok dengan hawa nafsuku,
aku ingin lebih banyak harta,
ingin lebih banyak mobil,
lebih banyak rumah,
lebih banyak popularitas,
dan kutolak sakit,
kutolak kemiskinan,
Seolah ...
semua "derita" adalah hukuman bagiku.
Seolah ...
keadilan dan kasih Nya harus berjalan seperti
matematika:
aku rajin beribadah,
maka selayaknyalah derita menjauh dariku,
dan Nikmat dunia kerap menghampiriku.
Kuperlakukan Dia seolah mitra dagang,
dan bukan Kekasih.
Kuminta Dia membalas "perlakuan baikku",
dan menolak keputusanNya yang tak sesuai
keinginanku,
Tuhan....
padahal tiap hari kuucapkan,
hidup dan matiku hanyalah untuk beribadah...
"ketika langit dan bumi bersatu,
bencana dan keberuntungan sama saja"
(WS Rendra).
ternyata, malam ku....
Apa kabar malam ku,
padahal saat ini sedang kesetubuhi jinggamu,
Meraup semua hasrat dalam limpahan peluh yang mendustakan kata kata
Padahal dalam mimpi pun tak pernah terbayangkan,
Kemana senyum mu?
Dalam liukan aroma kenistaan dusta yang kau tawarkan membelaiku dalam lengah yang tak bertuan, malam ku semakin panjang dalam petaka.
Aku yakin kau tidur dalam lelap,
Dalam senyum kemenangan, karena kau menyimpan dua jiwa dalam satu perjalanan …
Apa kabar malam ku.
Padahal saat ini kau terkapar meluahkan hasrat,
Memungut satu satu helai helai dosa dustamu, menerjamahkan resahku kedalam nada nada sumbang ketakpastian…
Aku mengalun sendu dalam melodi kebodohan..
Karena wajah malam-mu melenakan kesadaranku.
Bahkan membutakan mata hatiku…
Apa kabar malam ku,
Disini Aku menghitung hari melawan kesepian dan kau pulas dalam senyum kegembiraan,
Padahal ku butuh kamu merawat luka yang terpendam …
Menanjiskan kata kebersamaan,
Kau Cuma kikis pelan pelan hati yang terbungkus dalam kalimat “sayang mu”
Menunggu ambrukku ke liang kematian, setelah itu pesta poramu meraja dalam satu pelukan ke pelukan, kau memang tak beradab dalam kebersamaan…
Sembunyi dibalik fakta usia….
Apa kabarmu malamku,
Masih kau simpan namaku dalam lipatan hatimu diantara nama lainnya ?
Jangan pertanyakan aku,
Disini aku tertawa dalam kebodohan dan kepongahan, tapi ku yakin,
“ kau pun akan terbenam dalam bahagia air mata penyeselan… “
Rabu, 09 September 2009
melepasmu ....
Kamu tahu, mengapa aku malas berharap terlalu banyak?
Kamu tahu, mengapa aku enggan menggantungkan harap ke kamu?
Kamu tahu, mengapa aku menahan diri untuk tidak jatuh disenyummu?
Kamu tahu, mengapa aku mencoba melepasmu?
Kamu harus tahu, bahwa aku belajar satu hal dari kamu:
..... " harapan yang terlalu tinggi membuatku mati! "
4 u
melepasmu,
tak mungkin menyalahkan waktu
tak mungkin menyalahkan keadaan
kau datang di saat membutuhkanmu
dari masalah hidupku bersamanya
reff:
semakin ku menyayangimu
semakin ku harus melepasmu dari hidupku
tak ingin lukai hatimu lebih dari ini
kita tak mungkin trus bersama
satu saat nanti kau kan dapatkan
seorang yang akan dampingi hidupmu
biarkan ini menjadi kenangan
dua hati yang tak pernah menyatu
repeat reff
maafkan aku yang membiarkanmu
masuk ke dalam hidupku ini
maafkan aku yang harus melepasmu
walau ku tak ingin
Sabtu, 05 September 2009
mereka
you always be ..in my heart...
Anakku..
jika kelak aku tua nanti,
sabarlah engkau menghadapiku,
seperti aku dengan setulus hati menemanimu hingga saat ini.
dan jika kulitku keriput menua,
janganlah engkau malu akan keberadaanku
dan tolong jangan bawa aku ke dalam panti,
peliharalah aku!
kemudian,
jika banyak makanan yang tercecer dikala aku makan,
kenanglah saat-saat dimana aku dengan sabar menyuapimu
dan kenangkan lah pula ketika kebiarkan kamu mencecerkannya.
jika aku mendapatkan kesulitan memakai pakaianku sendiri
..bersabarlah anakku sebagaimana aku mengajarimu berpakaian.
jika aku terbata-bata di dalam berdoa,
ajari aku dengan sabar,sebagaimana aku bersabar mengajari diwaktu kamu kecil dulu.
jika aku meminta sesuatu yang mustahil....
kamupun dulu meminta sesuatu yang ganjil.
dan kenanglah saat aku mencari rezeki demi menghidupi mu.
jika aku mengulang mengatakan hal yang sama berpuluh kali,
jangan membentakku dan menghentikannya! dengarkan aku!
ketika kau kecil,
kau selalu memintaku membacakanmu cerita yang sama berulang-ulang,
dari malam yang satu ke malam yang lain
hingga kau tertidur. dan aku lakukan itu untukmu.
jika aku enggan mandi karena sakitku,
janganlah memarahiku dan mengatakan bahwa itu memalukan.
ingatlah berapa banyak pengertian yang ku berikan padamu menyuruhmu mandi dikala kecilmu.
ketika kakiku tak lagi mampu menyanggah tubuhku untuk bergerak seperti sebelumnya,
bantulah aku dengan cara yang sama
ketika aku merengkuhmu dalam tanganku
mengajarimu melakukan langkah-langkah pertamamu.
ketika aku sudah tergolek lemah,
hingga detik terakhirku...
...tuntunlah aku dengan kalimat tauhid 'La ila ha ilallah'
lalu rengkuhlah aku.
kenanglah saat kau masih bayi dan lemah
aku merengkuhmu dengan penuh kehati-hatian.
@@@@@@@
aku membaca literatur ini berulang-ulang di notebook ku,
dan selalu ketika membacanya aku menitikkan airmata..
sekilas terlihat dalam tulisan ini orangtua yang perhitungan dengan jasanya,
tapi cobalah lihat makna yang sangat dalam..
mencurahkan isi hatinya
seolah ada rasa ketakutan dalam diri mereka di hari tuanya nanti
sepatutnya kita menjaga mereka dihari senjanya.
note:
aku takut kehilangan waktuku bersamamu ayah...
karena ku tahu, kau tak pernah menuntut waktu ku untukmu,
karena waktuku, untuk seorang yang bukan dimasa mu....
Ya Rabb
aku tak pernah meminta untuk mereka, tapi sekali ini,
jika ini waktu waktu terakhirnya...
pastikan aku selalu ada disampingnya ....,
kun faa yaa kuun ... jadilah maka jadilah atas kehendakMU,
..........................
dini hari, 5 september 2009, saat sembunyi dibalik sejadah, usai membawamu berobat