betinaku,
Senja adalah waktu yang paling nikmat untuk mengutuk apa saja.
Aku akan menyumpah sampai mulutku terasa kering dan bergetah.
Aku tak begitu mengerti mengapa aku begitu membenci.
Setelah puas dengan segala caci maki aku akan meninggalkan sepi dengan penuh rasa bangga,
....
aku bingung mencari dimana sajadahku,dibirahi ramadhan kali ini,
dan kau, sepasang matamu yang bening dan kanak-kanakan
tak cukup menyelamatkanku dalam harubiru sujud menghindar sangkakala
“setiap soal, setiap beban adalah perihal yang membesarkan.”
aku tak cukup kuat menafsir ulang
banyak kisah; ramadhan ini, kerinduanku dibalut gunda dan luka.
kau menafsir-nafsir lukaku dan aku sedikit berpura-pura menceritakan kerinduan yang dangkal;
wajah ibu,aroma kampung, lemangtapai, ketupat dan irama takbir nanti,
tapi, rahasia itu tetaplah terus terjaga
yang barangkali kelak akan kau tau juga,
saat di mana aku tak bisa merangkulmu lagi
jika kau benar-benar pergi.......
“jangan pergi dulu,” , “ikutlah bersamaku
kita akan rayakan keriuhan di jalan-jalan, di warung kaki lima,
sampai kita muak dan muntah dengan sedikit sesal yang tertunda.
ramadhan takkan usai, adakah besok, waktu yang lain
akan mempertemukan kita serupa peristiwa ini?
Betinaku,
aku cuma takut, kenyataan menjadi tsunami kisah buram kita,
dan tuhan kembali mengirimkan kartu pos dan bingkisan;
dosa dan dirimu.
Di antara itu semua akan adakah kita?
entahlah ...................
serakan catatan dimeja kantor.
100811@(pindaha FB )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar